Pengembangan wilayah adalah suatu upaya yang sengaja dilakukan dalam membangun dan mengembangkan suatu wilayah secara fisik maupun sosial untuk mencapai kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan di wilayah bersangkutan. Orientasi pengembangan wilayah di berbagai negara maju maupun negara berkembang tentunya berbeda-beda. Hal itu antara lain disebabkan oleh kondisi fisik maupun sosial dari setiap negara yang berbeda-beda pula. Namun, secara umum orientasi pengembangan wilayah di negara maju dan negara berkembang dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Model Pengembangan Wilayah di Negara Maju
Negara maju merupakan negara yang mempunyai ciri utama antara lain tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi serta aktivitas perekonomiannya berbasis industri pengolahan (manufaktur) dan jasa. Melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, negara maju mampu mengolah kekayaan sumber daya alam yang terdapat di wilayahnya ataupun di wilayah negara lain melalui kerja sama antarnegara secara efektif dan efisien. Proses pengolahan sumber daya alam menjadi barang jadi dapat diartikan sebagai industrialisasi. Oleh karena itu, negara maju sering pula disebut sebagai negara industri. Melalui industrialisasi negara-negara maju mampu memacu pertumbuhan ekonominya yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan nasional (GNP). Dengan demikian, pendapatan per kapita penduduknya menjadi meningkat, dalam arti lain tingkat kesejahteraan penduduk di negara maju secara ekonomi menjadi tinggi.
Dari uraian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa orientasi model pengembangan wilayah di negara maju yang paling utama adalah pemberdayaan sumber daya manusia secara optimal melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Model pengembangan wilayah yang berorientasi kepada pemberdayaan sumber daya manusia secara optimal melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan negara-negara maju mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang lebih kompleks, seperti timbulnya daerah kumuh (slum area), kurangnya lapangan pekerjaan, produktivitas tenaga kerja yang rendah dan tingkat pendapatan yang rendah serta tingkat pendidikan yang rendah. Secara umum, pembangunan fisik di segala bidang dapat berlangsung secara teratur dan terencana. Secara umum, negara-negara maju mempunyai karakteristik sebagai berikut.
a. Titik berat perekonomiannya pada sektor industri dan jasa.
b. Angka harapan hidup tinggi.
c. Tingkat kematian bayi rendah.
d. Tingkat pendidikan penduduknya rata-rata tinggi.
e. Tingkat pendapatan per kapita penduduknya tinggi.
f. Sebagian besar penduduknya tinggal di wilayah perkotaan.
2. Model Pengembangan Wilayah di Negara Berkembang
Secara umum model pengembangan wilayah di negara-negara berkembang lebih menitikberatkan pada sektor agraris, yaitu sektor-sektor yang berhubungan dengan upaya-upaya pengolahan sumber daya alam secara langsung, seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan dan perikanan sedangkan sektor industri cenderung hanya merupakan upaya yang berskala kecil dan hanya terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Namun demikian, hasil produksi dari sektor agraris di negara-negara berkembang mempunyai kecenderungan semakin menurun. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini.
a. Perubahan fungsi lahan dari lahan agraris menjadi peruntukan lainnya karena dorongan kebutuhan pokok penduduknya yang semakin bertambah terutama kebutuhan akan perumahan sehingga luas lahan menjadi semakin berkurang yang tentunya berdampak terhadap menurunnya hasil produksi sektor agraris.
b. Hasil produksi dari sektor agraris pada umumnya bersifat subsistence, artinya hasil produksi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
c. Pengelolaan sektor agraris belum menghasilkan produksi yang optimal karena belum menggunakan alat-alat produksi yang modern.
d. Beberapa bagian dari sektor agraris terutama bidang peternakan di usahakan dalam bentuk usaha sampingan sehingga hasilnya pun belum optimal.
e. Beberapa bagian dari sektor agraris terutama bahan tambang pada umumnya merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (unrenewable resources) sehingga ketersediaannya di alam semakin berkurang.
Oleh karena terjadinya kecenderungan penurunan hasil produksi di sektor agraris, model pengembangan wilayah di negara-negara berkembang sekarang ini pada umumnya adalah dengan mengubah titik berat pereko nomiannya dari sektor agraris ke sektor industri. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan industrialisasi di negara berkembang, antara lain sebagai berikut.
a. Industrialisasi merupakan proses pengolahan bahan mentah atau bahan baku yang dihasilkan dari sektor agraris menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi sehingga mempunyai nilai guna dan nilai komersial yang lebih tinggi.
b. Industrialisasi merupakan salah satu sektor yang dapat memacu terjadinya peningkatan arus barang dan jasa antarwilayah atau antarnegara.
c. Industrialisasi merupakan salah satu sektor yang dapat memacu terjadinya penyerapan tenaga kerja dan peningkatan variasi lapangan kerja.
d. Industrialisasi merupakan salah satu sektor yang dapat memotivasi sumber daya manusia untuk menguasai dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
e. Industrialisasi merupakan sektor yang dapat memacu terjadinya perubahan dari masyarakat tradisional dengan taraf hidup rendah menjadi masyarakat modern dengan taraf hidup yang lebih tinggi.
Namun, orientasi pembangunan dan pengembangan wilayah secara fisik maupun sosial dari sektor agraris ke sektor industri di negara-negara berkembang seringkali mendapat hambatan yang sangat berat.
Menurut Todaro (1983), karakteristik umum negara-negara berkembang adalah sebagai berikut.
a. Tingkat kehidupan yang rendah.
b. Tingkat produktivitas yang rendah.
c. Tingkat pertumbuhan penduduk dan beban kebergantungan yang tinggi.
d. Tingkat pengangguran yang tinggi.
e. Tingkat kebergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor produksi primer yang tinggi.
f. Tingkat kekuasaan secara ekonomi dan politik yang rendah.
g. Tingkat kebergantungan terhadap negara maju yang tinggi.
a. Tingkat Kehidupan yang Rendah
Penduduk di negara-negara berkembang pada umumnya mempunyai tingkat kehidupan yang rendah yang dicirikan dengan angka harapan hidup yang rendah, angka kematian bayi yang tinggi, pendapataan per kapita rendah, sarana dan prasarana kesehatan yang kurang memadai, tingkat pendidikan yang rendah, dan kondisi perumahan yang kurang layak huni.
b. Tingkat Produktivitas yang Rendah
Produktivitas tenaga kerja di negara-negara berkembang cenderung sangat rendah jika dibandingkan dengan produktivitas di negara-negara maju. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja di negara-negara berkembang, antara lain:
1) kualitas penduduk dalam hubungannya dengan keterampilan atau keahlian dan penguasaan teknologi yang dimiliki oleh tenaga kerja di negara-negara berkembang masih rendah;
2) kepemilikan modal yang rendah;
3) manajemen yang kurang baik;
4) birokrasi pemerintahan yang korup, kurang efektif, dan kurang
efisien sehingga menciptakan kondisi investasi yang kurang baik.
c. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Beban Tanggungan yang Tinggi
Tingkat pertumbuhan penduduk alami adalah angka pertumbuhan penduduk yang didapat dari besarnya jumlah kelahiran dikurangi jumlah kematian penduduk pada suatu negara dalam jangka waktu satu tahun. Di negara-negara berkembang, angka kematian penduduk relatif tinggi, namun demikian besarnya angka kelahiran jauh lebih tinggi. Akibatnya jumlah penduduk di negara-negara berkembang dari waktu ke waktu selalu tetap bertambah. Oleh karena itu, negara-negara berkembang pada umumnya mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi yaitu rata-rata lebih dari 2% per tahun, sedangkan negara-negara maju tingkat per tumbuhan penduduk rata-ratanya kurang dari 2% per tahun.
Akibat yang ditimbulkan dari tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di negara berkembang, yaitu semakin banyaknya penduduk yang berusia muda 0–14 tahun yang jumlahnya dapat mencapai lebih dari 30% dari total jumlah penduduk di suatu negara berkembang. Kondisi kependudukan tersebut mengakibatkan beban tanggungan yang tinggi bagi penduduk yang berusia produktif. Hal itu membawa dampak terhadap pendapatan per kapita penduduk di negara berkembang yang juga menjadi rendah.
d. Tingkat Pengangguran yang Tinggi
Kondisi ketenagakerjaan di negara-negara berkembang sebagian besar berupa tenaga pengangguran. Sebagian dari tenaga kerja tersebut terlihat mempunyai pekerjaan, tetapi sebenarnya merupakan pengangguran terselubung. Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang mem punyai pekerjaan tidak menentu (musiman) atau tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam waktu satu minggu. Tingginya tingkat pengangguran di negara-negara berkembang, antara lain disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang melebihi jumlah atau kapasitas lapangan pekerjaan serta tenaga kerja yang mempunyai kualitas rendah atau tenaga kerja yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan.
e. Tingkat Kebergantungan terhadap Produksi Pertanian dan Ekspor Produksi Primer yang Tinggi
Proporsi jumlah penduduk di negara-negara berkembang yang ber mukim di wilayah pedesaan pada umumnya lebih tinggi daripada penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan. Oleh karena itu, mata pencarian penduduk di negara-negara berkembang pada umumnya di sektor agraris, yaitu sektor yang mengolah produk-produk primer, seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Produk primer merupakan bahan ekspor yang menjadi andalan negara berkembang dan menyumbang lebih dari 30% dari produk domestik. Akibatnya, negara-negara berkembang selalu berada dalam posisi defisit atau merugi, dibandingkan dengan negara-negara maju yang lebih banyak mengandalkan ekspor dari produk industri manufaktur dan jasa.
f. Tingkat Kekuasaan Secara Ekonomi dan Politik yang Rendah
Secara ekonomi, negara-negara berkembang mempunyai taraf hidup yang rendah, sedangkan negara-negara maju mempunyai taraf hidup yang lebih tinggi. Dalam arti lain, negara berkembang identik dengan negara dunia ketiga (negara kurang akaya atau tidak kaya), sedangkan negara maju identik dengan negara kaya. Ketimpangan tersebut mengakibatkan tingkat kekuasaan dan pengendalian secara ekonomi dan politik di kancah internasional bagi negaranegara berkembang menjadi lemah atau rendah.
g. Tingkat Kebergantungan terhadap Negara Maju yang Tinggi
Ketimpangan secara ekonomi dan sosial-politik antara negara maju dan negara berkembang mengakibatkan negara-negara maju dengan mudah mengendalikan keadaan politik dan perdagangan dunia dan mendikte negara-negara berkembang. Bentuk perlakuannya antara lain melalui pemberian bantuan luar negeri (pinjaman atau utang), alih teknologi dan relokasi industri dengan syarat-syarat dan cara-cara yang ditentukan oleh negara-negara maju. Keadaan tersebut mengakibatkan kebergantungan yang tinggi dari negara-negara berkembang terhadap negara-negara maju. Pada akhirnya, menimbulkan sifat mudah terpengaruh (vulnerability) terhadap negara maju baik secara ekonomi, sosial, politik, maupun budaya.
Sumber :
Hartono, 2009, Geografi 3 Jelajah Bumi dan Alam Semesta : untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas /Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 144 – 149.
Geografi SMA : Model Pengembangan Wilayah Di Negara Maju Dan Negara Berkembang
Reviewed by writer
on
05.15
Rating: